Selasa, 27 Oktober 2009

Pedagang Kaki Lima


Hari-hari ini hampir bisa dipastikan berita televisi menyuguhkan tayangan penertiban(penggusuran) pedagang kaki lima. Tidak saja di ibu kota, hampir semua ibu kota propinsi dan kabupaten kota melakukan penertiban(penggusuran). Seperti program nasional, dilaksanakan serempak. Kesigapan(beringas) aparat satpol PP menggaruk pedagang kaki lima bukan perkara baru. Ada yang meraung-raung diseret, dibakar kios, gerobak tempat mereka berjualan. Dagangan mereka diangkut ke pos satpol PP. Entah apa kelak yang terjadi dengan dagangan yang diangkut. Kadang tidak kembali, tidak jarang rusak dan akhirnya hanya pantas masuk keranjang sampah. Tidak bisa lagi dijual.

Pedagang kaki lima biasanya berjualan ditempat-tempat yang seharusnya tidak dipakai berjualan. Kadang di trotoar, gang-gang dipinggiran jalan raya perkotaan, bahkan di halaman mesjid raya di tengah kota. Mengganggu memang, tapi tidak sedikit yang merasa terbantu dengan keberadaan mereka. Belanja bisa dimana saja, pulang shalat jum'at bisa dapat peci yang lumayan bagus dengan harga murah, asalkan pandai-pandai saja menawar.

Pengangguran, sedikit mendapat jalan keluar. Banyak keluarga terbantu dengan menjadi pedagang kaki lima, di sisi ini, rakyat berusaha mencari jalan keluarnya sendiri, tidak bergantung pada pemerintah, padahal pemerintah punya kewajiban buat menyediakan lapangan pekerjaan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah harus bekerja keras mencari solusi mengatasi pengangguran tidak hanya mampu menambah kesengsaraan masyarakat dengan cara-cara penertiban seperti itu.

Dan sepertinya ada yang harus dipertanyakan lebih jauh dari aksi-aksi aparat satpol PP ini. Kenapa tidak ikut digaruk juga para pemungut upeti dari pedagang selama ini yang juga aparat pemerintah daerah. Setiap hari sebelum acara garuk menggaruk dilaksanakan, orang-orang berseragam pemda ini, menyisir kawasan tempat para pedagang kaki lima ini mangkal, menarik upeti pada setiap pedagang, dan inilah yang membuat para pedagang kaki lima marah, tidak terima ketika digaruk. Mereka sudah bayar, walaupun orang berseragam yang biasa narik upeti tiap hari, sampai saat ini tidak jelas siapa atasannya.

Senin, 19 Oktober 2009

Kapan Sebaiknya Pindah Kuadran?

Pindah kuadran adalah sebuah istilah yang menjadi sangat populer lantaran buku best seller bertajuk Rich Dad, Poor Dad karangan Robert T. Kiyosaki. Isitilah ini merujuk pada perpindahan dari kuadran seorang pekerja (employee) bergerak menuju kuadran business owner atau entrepreneuer. Dari seseorang yang tiap bulan menerima gaji secara konstan, bergerak menjadi manusia mandiri yang create their own wealth.

Pilihan menjadi entrepreneur kini tampaknya memang tengah digandrungi banyak orang; dan ini tentu saja merupakan sebuah hal yang layak disukuri. Sebab seperti yang pernah saya tulis disini, negeri tercinta ini masih sangat membutuhkan barisan manusia mandiri yang berani mengambil resiko menjadi wirausahawan/wati. Sebuah keberanian untuk meretas jalan panjang demi meraih apa yang acap disebut sebagai financial freedom.

Pertanyaannya adalah : jika kita sudah terlanjur menjadi pekerja kantoran (employee) dan mungkin kini tengah menikmati sebuah comfort zone, apa yang mesti harus dilakukan untuk pindah kuadran? Dan kapan sebaiknya pindah kuadran? Tak ada jawaban baku disini, sebab seperti kata pepatah “ada banyak jalan menuju Roma”. Demikian pula, mungkin ada seribu jalan untuk melakoni proses perpindahan kuadran. Namun disini, saya hendak mendedahkan sejumlah catatan yang mungkin layak digenggam.

Catatan yang pertama adalah ini: kalaulah kelak Anda ingin menyodorkan resignation letter dan bertekad bulat full time menjalani wirausaha, pastikan bahwa probalilitas keberhasilan bisnis/usaha yang akan Anda tekuni itu setidaknya berada pada kisaran angka 70 %. Aturan inilah yang dulu saya terapkan ketika pada tahun 2004, saya memutuskan pindah kuadran, dan secara full time menekuni usaha secara mandiri. Saya akhirnya berani mengambil keputusan itu, setelah berdasar analisa yang saya lakukan, saya berkeyakinan bahwa usaha yang akan saya tekuni ini memiliki probabilitas 70 % akan berhasil (dan sejauh ini, alhamdulilah, estimasi itu tidak meleset).

Pertanyaan berikutnya : dari mana angka 70 % diperoleh? Ya tentu saja berdasar analisa atas potensi pasar. Ini bisa dilakukan dengan cara observasi, survei secara sederhana, ataupun berdasar kisah kegagalan/keberhasilan serta pengalaman dari para pelaku bisnis di bidang yang akan Anda tekuni. Angka itu juga mesti memperhatikan kapabilitas internal Anda dalam menjalani usaha yang akan ditekuni. Namun pada akhirnya, semua juga terpulang pada your personal judgement. Kalau Anda bermental penakut, meskipun secara rasional hasil analisa menunjukkan bahwa 70 % usaha ini akan berhasil, namun mungkin hati kecil Anda akan selalu bilang “rasanya peluang bisnis ini untuk berhasil kok cuman 20 % saja….”. Wah, kalo begini mindset sampeyan, ya ndak jalan-jalan. Kalu begini, berarti mindset Anda yang perlu direparasi (silakan baca tulisan INI untuk merefresh mindet Anda).

Catatan yang kedua adalah ini : kalaulah Anda belum berani full time pindah kuadran, maka tentu saja Anda bisa menjalani apa yang saya sebut sebagai “double kuadran”. Bekerja di kantor tetap dilakoni, namun perlahan-lahan mulai merintis bisnis secara mandiri. Kelak kalau roda bisnis itu ternyata bisa memberikan income yang memadai, baru kemudian mengajukan pengunduran diri dari kantor. Model semacam ini menjanjikan rute yang lebih aman, dan sudah banyak kisah keberhasilan yang tersaji melalui rute double kuadran ini. Melalui smart management atau juga melalui pengaturan waktu yang tepat, pilihan model ini rasanya sangat layak untuk dicoba.

Pertanyaan terakhir : lalu apa dong kira-kira bisnis yang harus saya lakukan? Nah ini pertanyaan yang mudah dijawab. Silakan saja datang ke toko buku Gramedia (yang ada di Matraman, Jakarta merupakan the best choice) atau toko buku terdekat di kota Anda. Disitu Anda akan segera melihat puluhan atau mungkin ratusan buku tentang beragam peluang bisnis : mulai dari kiat bisnis waralaba, peluang bisnis baju koko, bisnis rumah makan mak nyus, bisnis jualan obat, bisnis secara online, bisnis jualan air isi ulang, bisnis properti…….semua ada, tinggal dipilih-pilih mana yang paling cocok menurut Anda.

Catatan terakhir : nah, kalaulah Anda memang serius mau pindah kuadran, maka Anda mungkin harus mampir ke blog kawan saya ini. Nama blognya sungguh keren : Pindah Kuadran. Berisikan pengalaman dan perjuangan dari penulisnya dalam melakoni proses perpindahan kuadran : dari seorang manajer di sebuah perusahaan besar di ibukota menjadi wirausaha di kampung kelahiran. Disana ada kisah tentang heroisme, tentang kegetiran hidup, tentang romantisme, dan juga tentang perjuangan membangun kemandirian…….

Written by : Yodhia Antariksa

Merebut Kesuksesan Melalui Visualisasi Positif

Ketika anda membayangkan sesuatu melalui pikiran, kira-kira apa yang terpancar dalam benak anda : apakah anda membayangkan sebuah pencapaian, apresiasi dan kemenangan atau sebaliknya, kegagalan dan keterpurukan?

Sejumlah riset menunjukkan bahwa ternyata visualisasi memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja kita. Ketika imajinasi kita selalu dihantam oleh bayangan keterpurukan dan pesimisme, maka jaringan otak kita perlahan-lahan akan mendorong kita untuk benar-benar mengalami keterpurukan.

Sebaliknya, ketika kita selalu membangun bayangan positif tentang diri kita, maka kita sesungguhnya tengah memulai dan memperkuat “cara kerja yang sempurna” di dalam otak kita. Pada gilirannya, jaringan sel dalam otak ini akan mampu mendorong kita untuk juga meraih kesempurnaan dalam kinerja nyata. “The more we practice perfection through mental rehearsals, the stronger the neural pathways will become and the better we will perform when the time comes”, demikian ujar Kris Cole dalam risalahnya yang berjudul Positive Visualization.

Olahragawan dan atlet telah mengkhayal bertahun-tahun untuk menjadi sempurna. Dan pada kenyataanya, satu dari pemain golf dunia, Jack Nicklaus, menempatkan 50 persen kesuksesannya karena ia rajin membangun visualisasi positif.

Lalu bagaimana melakukan visualisasi positif yang baik? Berikut langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:

Pertama adalah, menentukan tujuan yang jelas dan menantang, tujuan yang ingin anda capai. Juga sebaiknya tujuan yang ingin kita raih itu bersifat spesifik. Misal : Anda membayangkan ingin memiliki jaringan toko buku khusus untuk anak-anak.

Kemudian mulailah melakukan visualisasi :
- Relaks. Carilah momen-momen dimana Anda tengah santai. Ini akan membuat otak anda lebih terbuka untuk memulai dan memperkuat “cara kerja yang benar”

- Fokuskan perhatian Anda pada langkah nyata yang mesti dilakukan untuk memulai usaha jaringan toko buku anak-anak itu. Apa saja yang mesti diperlukan, tahapan apa yang mesti dilakukan, bagaimana Anda akan mengelola toko itu, bagaimana Anda melakukan promosi, mengelola karyawan toko, dan membesarkan toko menjadi toko buku pilihan anak-anak.

- Bayangkan tujuan anda sedetail mungkin. Bayangkan segalanya: lokasi persis dimana toko buku itu berada, desain interior toko, kombinasi warna meja dan kursi, tata letak buku, kemudian bayangkan pula keramaian dan keriangan anak-anak yang memenuhi setiap sudut toko Anda.

- Lalu, libatkan emosi anda. Bagaimana rasanya mampu meraih tujuan itu dengan sempurna? Bagaimana rasanya bisa benar-benar memiliki jaringan kios buku anak-anak yang tiap hari ramai dikunjungi pembeli. Menyertakan perasaan dan emosi akan memperkuat sistem “cara kerja yang benar” dalam otak anda.

Selanjutnya lakukan hal yang sama berulang-ulang. Untuk mendapat hasil yang optimal, lakukan visualisasi positif setiap kali anda mempunyai waktu luang, sekurangnya sehari sekali, misal ketika Anda akan tidur dan tengah rileks.

Namun segera harus disebutkan bahwa “beautiful dream” atau impian indah itu mesti harus juga diikuti dengan langkah penyusunan strategi dan aksi nyata. Pelan-pelan mesti ditekadkan untuk mulai mengeksekusi strategi yang Anda susun melalui serangkaian aksi nyata yang konkrit dan sistematis. Nah, dalam proses implementasi itu, kita harus tetap terus menerus secara rutin melakukan visualisasi positif.

Oke, selamat melakukan visualisasi positif. Goodluck !!


Writted by : Yodhia Antariksa